Dalam Mixed Martial Arts (MMA) dan Jiu-Jitsu, pertarungan sering kali berakhir di matras. Beradaptasi dan bertahan di posisi ini, yang dikenal sebagai ground game, adalah keterampilan yang sangat vital. Pada hari Senin, 10 November 2025, seorang pelatih MMA di sebuah sasana di Jakarta Barat, Coach Rizky, menekankan kepada para atletnya, “Pertarungan tidak berakhir saat Anda jatuh. Itu baru saja dimulai.” Menguasai ground game berarti memahami bagaimana mengontrol lawan, meloloskan diri dari posisi yang buruk, dan mencari peluang untuk menyerang. Latihan intensif yang berfokus pada beradaptasi dan bertahan di darat adalah kunci untuk menguasai aspek ini.
Salah satu aspek terpenting dari ground game adalah posisi guard. Posisi ini, di mana seorang praktisi berada di punggung dan menggunakan kaki mereka untuk mengendalikan lawan, sering kali menjadi titik awal untuk serangan balik. Dari posisi guard, praktisi bisa melakukan kuncian sendi, seperti armbar dan triangle choke, atau membalikkan posisi untuk mendapatkan posisi dominan. Beradaptasi dan bertahan dari posisi ini membutuhkan kekuatan kaki dan otot inti yang luar biasa, serta pemahaman yang mendalam tentang leverage. Latihan drilling berpasangan sangat penting untuk mempraktikkan transisi dan teknik dari berbagai jenis guard, seperti closed guard dan open guard.
Selain teknik, latihan ground game juga sangat bergantung pada ketahanan fisik dan mental. Bertarung di darat sering kali membutuhkan lebih banyak energi daripada pertarungan berdiri. Latihan kekuatan seperti bridging dan bear crawls sangat membantu untuk membangun kekuatan dan daya tahan yang diperlukan untuk mengontrol lawan di darat. Menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Data Olahraga Indonesia pada 5 November 2025, petarung yang menguasai ground game memiliki tingkat kemenangan melalui kuncian 60% lebih tinggi dalam kompetisi amatir. Data ini semakin membuktikan bahwa kemampuan bertarung di darat memiliki nilai yang sangat besar.
Pada sebuah insiden yang terjadi di Jakarta Pusat pada 8 November 2025, seorang petugas kepolisian, Bripda Agus, yang juga merupakan seorang praktisi Jiu-Jitsu, berhasil menaklukkan seorang penjahat yang coba melawan. Bripda Agus menggunakan teknik ground game untuk mengamankan penjahat tersebut tanpa harus melukainya, menunjukkan bahwa keterampilan ini sangat efektif untuk mengendalikan situasi di dunia nyata.
Latihan ground game tidak hanya membuat seorang praktisi menjadi petarung yang lebih lengkap, tetapi juga mengajarkan mereka untuk tetap tenang di bawah tekanan. Berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di darat adalah ujian mental yang nyata, dan kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan di sana akan membangun kepercayaan diri yang tak tergoyahkan.